16.11.12

Thank You Very Much, My Lord.

Ya  Allah, terima kasih. Kau mengabulkan doaku saat hujan datang. Setiap saat ku berdoa. Kau bukakan pintunya. Kau bukakan kesempatan.

Jika ia bisa membuatku ingat selalu pada-Mu, jika ia yang bisa mengontrol aku, jika ia bisa menempatkanku ke jalan yang baik, mudahkanlah perjalananku. Mudahkanlah perjalanan kita. Mudahkanlah semuanya.

Amin. Amin. Terima kasih untuk semuanya ya Allah. Terimakasih. I love You, My Lord. Semoga rasa sayang ini bertahan secara dewasa, baik baik dan saling membangun.

Amin.

15.11.12

Ragu

Aku sudah melewati satu persimpangan.
Seperti bermain game dan menaiki anak tangga.
Aku berhasil menjadikan diriku punya nyawa banyak.
Semakin banyak. Semakin banyak.
Kini sudah cukup banyak untuk menjejakkan ke level selanjutnya.
Sudah cukup untuk memasuki pintu baru.
Cukup untuk menjumpai persimpangan lagi.
Persimpangan ya atau tidak.
Sudah sejauh ini berjalan, bertahan, berusaha.
Saat berjalan untuk sampai ke titik ini, aku sering melihat kebelakang.
Sudah seberapa jauh aku berjalan.
Sudah berapa banyak pundi-pundi perasaan yang aku tampung.
Pada titik ini aku diuji. Apakah aku siap untuk pergi atau menunggu.
Sebelum menemui pintu baru yang aku ingin masuki,
Level terakhir yang ingin ku capai.
Anak tangga penentuan.
Persimpangan dimana aku yang menentukan jawabanya.
Aku harus lulus babak ini dulu.

Keraguan pun mulai timbul.
Sudah sangat normal sebuah keraguan ini timbul.
Sudah sangat familiar ketika menjajaki jalan yang sama.

Kadang moment ini terasa sangat traumatik.
Ketika aku yang sudah menunggu,
Nihil hasilnya.
Sudah sejauh ini. Sudah kuketuk pintu.
Tak ada yang menjawab.
Tak ada yang membukakan.
Tak ada orangnya.

Sia-sia.

Keringat dingin mengucur deras.
Rasanya sudah seharusnya aku beristirahat sejenak.
Aksi memori yang suram,
Menimbulkan reaksi detakan jantung yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.
Sudah berapa lama waktu yang kuhabiskan.
Berapa waktu yang tersisa?

Aku takut untuk melangkah lebih jauh.
Bisakah kini aku yang dihampiri?
Bisakah setengah jalan lagi kamu yang menelusuri?
Atau setidaknya kita sama-sama saling mencari.

10.11.12

1 kebaikan untuk 1000 kebaikan

Saya pastikan, rasa ini datang.

Perlahan lahan seperti virus yang menginfeksi tubuh.
Butuh 21 hari untuk membuat sebuah kebiasaan baru.
Saya sudah terbiasa.

Ternyata ini yang diceritakan di berbagai buku.
Ketika ditanya, apa alasanya.
Kemudian kau mencari yang ada di otakmu.
Ketika kau tak menemukan alasan yang ada hanya kebingungan.

Saya juga tidak tahu kenapa harus melakukan ini dan itu.

Saya juga tidak tahu ini berawal dari mana.

Tapi yang jelas, saya melakukan ini dan itu untuk kebaikanmu.
Pagi hingga pagi lagi, saya temani.
Pagi hingga pagi lagi, saya ada.

Sekarang bukan lagi memikirkan apakah saya berguna untuk kamu?
Saya hanya ingin kamu bahagia.
Bukan orang lain saja yang kamu bahagiakan.
Bukan orang lain saja yang kamu tolong.

Saya tidak mau jabatan apapun dimatamu.
Saya hanya mau jadi sahabatmu yang ada diwaktu-waktumu.

Muak itu manusiawi, saya juga bisa melakukan itu.
Kamu pun berhak muak terhadapku.
Saya akan pergi kalau kamu yang minta.
Saya akan kembali kalau kamu yang minta juga.

Ketika kamu memberikan 1 kebaikan untuk saya,
Saya pastikan dan harus pastikan kamu mendapat 1000 kebaikan dari saya.

1.11.12

Deviasi yang positif

Aku aneh 1 minggu ini:
  • Aku tak lagi suka hujan. itu mencemaskan.
  • Aku tak lagi benci tugas, itu membuatku sadar. Sadar kalau aku sudah menenggelamkan diriku yang sebenarnya. Diriku yang kubanggakan waktu kecil. Aku merasa bodoh. Daya tangkapku kurang. Aku harusnya bisa secerdas mereka. Tapi karena kemalasanku setengah tahun ini, aku tenggelam.
  • Aku benci orang yang tidak peduli dengan keadaan orang sekitarnya. Itu membuatku muak. meskipun aku sudah mengenalnya. dan pernah percaya denganya. Profesional tidak pandang siapapun. Meski anak sekalipun.
  • Aku memikirkan uang jauh lebih banyak dibanding sebelumnya. 
  • Aku memikirkan keluargaku jauh lebih banyak dibanding sebelumnya.
  • Aku memikirkan perasaan orang lain jauh dibanding sebelumnya.
  • Aku lebih banyak memberi bukan meminta.
  • Aku belajar untuk hidup bersama orang lain, belajar menjaga perasaan, belajar untuk tidak terlalu protektif, belajar untuk tidak terlaalu rempong, aku belajar menjaga ikatan, belajar untuk membuat nyaman, belajar membatasi kemauan diri untuk tidak mengekang orang lain.